I.
PENDAHULUAN
Obat
yang mengandung antibiotik sering kali menjadi buah simalakama. Pada satu sisi
dipercaya dapat mempercepat proses penyembuhan. Di lain sisi, antibiotik
diyakini akan menimbulkan masalah kesehatan baru pada si kecil.
Obat
antibiotika, umumnya banyak dipakai untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit.
Obat-obatan seperti Penisilin, Chloramphenicol, Cephalosporin, Tetrasiklin
(khusus anak di atas 8 tahun) dan Quinolon (khusus anak besar), diberikan
dokter bersama sejumlah obat lain. Umumnya,
dokter akan menyarankan untuk
`meminumnya sampai habis, baik pada resep maupun secara lisan.
Secara
medis, antibiotik merupakan senyawa mikroorganisme seperti jamur atau bakteri
tertentu yang telah “dijinakkan” dan bila dimasukkan ke dalam tubuh dapat
menjadi penyembuh yang ampuh. Antibiotik berperang melawan bakteri-bakteri di
dalam tubuh. Namun perlu diingat, penggunaannya tidak boleh sembarangan. Bila
dikonsumsi berlebihan akan berisiko tinggi pada kesehatan.
Pada
dasarnya, obat yang ditemukan oleh Alexander Fleming dari Scotlandia di tahun
1928 ini mempunyai dua cara kerja. Pertama,
mampu menghambat pertumbuhan bakteri penyakit (bakteriostasis) dan membunuh
bakteri penyakit tersebut (baktericidal). Sehingga obat ini mampu menghilangkan
dan membasmi bakteri tanpa menimbulkan efek samping yang berarti pada tubuh
yang mengonsumsinya.
Namun,
bukan berarti semua penyakit dapat diberikan antibiotik. Menurut Dr Hinky
Hindra Irawan Satari SpA MTropaed, obat antibiotik umumnya diberikan pada
penyakit-penyakit infeksi atau yang disebabkan oleh bakteria saja. Misalnya,
penyakit-penyakit yang berkenaan dengan infeksi saluran pernapasan, saluran
pencernaan atau peradangan telinga.
II.
PEMBAHASAN
Kemampuan
suatu terapi antimikrobial sangat bergantung kepada obat, pejamu, dan agen
penginfeksi. Namun dalam keadaan klinik hal ini sangat sulit untuk diprediksi
mengingat kompleksnya interaksi yang terjadi di antara ketiganya.Namun
pemilihan obat yang sesuai dengan dosis yang sepadan sangat berperan dalam
menentukan keberhasilan terapi dan menghindari timbulnya resistansi agen
penginfeksi.
Antibiotik
adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang mempunyai efek
menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam organisme, khususnya
dalam proses infeksi oleh bakteri.Literatur lain mendefinisikan antibiotik
sebagai substansi yang bahkan di dalam konsentrasi rendah dapat menghambat
pertumbuhan dan reproduksi bakteri dan fungi. Berdasarkan sifatnya (daya
hancurnya) antibiotik dibagi menjadi dua:
1. Antibiotik
yang bersifat bakterisidal, yaitu antibiotik yang bersifat destruktif terhadap
bakteri.
2. Antibiotik
yang bersifat bakteriostatik, yaitu antibiotik yang bekerja menghambat
pertumbuhan atau multiplikasi bakteri.
Cara
yang ditempuh oleh antibiotik dalam menekan bakteri dapat bermacam-macam, namun
dengan tujuan yang sama yaitu untuk menghambat perkembangan bakteri. Oleh
karena itu mekanisme kerja antibiotik dalam menghambat proses biokimia di dalam
organisme dapat dijadikan dasar untuk mengklasifikasikan antibiotik sebagai
berikut:
1.
Antibiotik
yang menghambat sintesis dinding sel bakteri.
Ada antibiotik yang merusak dinding sel mikroba dengan menghambat sintesis
enzim atau inaktivasi enzim, sehingga menyebabkan hilangnya viabilitas dan
sering menyebabkan sel lisis. Antibiotik ini menghambat sintesis dinding sel
terutama dengan mengganggu sintesis peptidoglikan. Dinding sel bakteri yang
menentukan bentuk karakteristik dan berfungsi melindungi bagian dalam sel
terhadap perubahan tekanan osmotik dan kondisi lingkungan lainnya. Yang
termasuk ke dalam golongan ini adalah Beta-laktam, Penicillin, Polypeptida,
Cephalosporin, Ampicillin, Oxasilin.
a. Beta-laktam
menghambat pertumbuhan bakteri dengan cara berikatan pada enzim
DD-transpeptidase yang memperantarai dinding peptidoglikan bakteri, sehingga
dengan demikian akan melemahkan dinding sel bakteri Hal ini mengakibatkan
sitolisis karena ketidakseimbangan tekanan osmotis, serta pengaktifan hidrolase
dan autolysins yang mencerna dinding peptidoglikan yang sudah terbentuk
sebelumnya. Namun Beta-laktam (dan Penicillin) hanya efektif terhadap bakteri
gram positif, sebab keberadaan membran terluar (outer membran) yang terdapat
pada bakteri gram negatif membuatnya tak mampu menembus dinding peptidoglikan.
b. Penicillin
meliputi natural Penicillin, Penicillin G dan Penicillin V, merupakan
antibiotik bakterisidal yang menghambat sintesis dinding sel dan digunakan
untuk penyakit-penyakit seperti sifilis, listeria, atau alergi bakteri gram
positif/Staphilococcus/Streptococcus. Namun karena Penicillin merupakan jenis
antibiotik pertama sehingga paling lama digunakan telah membawa dampak
resistansi bakteri terhadap antibiotik ini. Namun demikian Penicillin tetap
digunakan selain karena harganya yang murah juga produksinya yang mudah.
c. Polypeptida
meliputi Bacitracin, Polymixin B dan Vancomycin. Ketiganya bersifat
bakterisidal. Bacitracin dan Vancomycin sama-sama menghambat sintesis dinding
sel. Bacitracin digunakan untuk bakteri gram positif, sedangkan Vancomycin
digunakan untuk bakteri Staphilococcus dan Streptococcus. Adapun Polymixin B
digunakan untuk bakteri gram negatif.
d. Cephalosporin
(masih segolongan dengan Beta-laktam) memiliki mekanisme kerja yang hampir sama
yaitu dengan menghambat sintesis peptidoglikan dinding sel bakteri. Normalnya
sintesis dinding sel ini diperantarai oleh PBP (Penicillin Binding Protein)
yang akan berikatan dengan D-alanin-D-alanin, terutama untuk membentuk jembatan
peptidoglikan. Namun keberadaan antibiotik akan membuat PBP berikatan dengannya
sehingga sintesis dinding peptidoglikan menjadi terhambat.
e. Ampicillin
memiliki mekanisme yang sama dalam penghancuran dinding peptidoglikan, hanya
saja Ampicillin mampu berpenetrasi kepada bakteri gram positif dan gram
negatif. Hal ini disebabkan keberadaan gugus amino pada Ampicillin, sehingga
membuatnya mampu menembus membran terluar (outer membran) pada bakteri gram
negatif.
f. Penicillin jenis lain,
seperti Methicillin dan Oxacillin, merupakan antibiotik bakterisidal yang
digunakan untuk menghambat sintesis dinding sel bakteri. Penggunaan Methicillin
dan Oxacillin biasanya untuk bakteri gram positif yang telah membentuk
kekebalan (resistansi) terhadap antibiotik dari golongan Beta-laktam.
g. Antibiotik jenis
inhibitor sintesis dinding sel lain memiliki
spektrum sasaran yang lebih luas, yaitu Carbapenems, Imipenem, Meropenem.
Ketiganya bersifat bakterisidal.
2. Antibiotik yang
menghambat transkripsi dan replikasi. Yang termasuk
ke dalam golongan ini adalah Quinolone, Rifampicin, Actinomycin D, Nalidixic
acid, Lincosamides, Metronidazole.
a. Quinolone
merupakan antibiotik bakterisidal yang menghambat pertumbuhan bakteri dengan
cara masuk melalui porins dan menyerang DNA girase dan topoisomerase sehingga
dengan demikian akan menghambat replikasi dan transkripsi DNA. Quinolone lazim
digunakan untuk infeksi traktus urinarius.
b. Rifampicin (Rifampin)
merupakan antibiotik bakterisidal yang bekerja dengan cara berikatan dengan
β-subunit dari RNA polymerase sehingga menghambat transkripsi RNA dan pada
akhirnya sintesis protein. Rifampicin umumnya menyerang bakteri spesies
Mycobacterum.
c. Nalidixic acid
merupakan antibiotik bakterisidal yang memiliki mekanisme kerja yang sama
dengan Quinolone, namun Nalidixic acid banyak digunakan untuk penyakit demam
tipus.
d. Lincosamides
merupakan antibiotik yang berikatan pada subunit 50S dan banyak digunakan untuk bakteri gram
positif, anaeroba Pseudomemranous colitis. Contoh dari golongan Lincosamides
adalah Clindamycin.
e. Metronidazole
merupakan antibiotik bakterisidal diaktifkan oleh anaeroba dan berefek
menghambat sintesis DNA.
3.
Antibiotik
yang menghambat sintesis protein. Yang termasuk ke
dalam golongan ini adalah Macrolide, Aminoglycoside, Tetracycline,
Chloramphenicol, Kanamycin, Oxytetracycline.
a. Macrolide,
meliputi Erythromycin dan Azithromycin, menghambat pertumbuhan bakteri dengan
cara berikatan pada subunit 50S ribosom, sehingga dengan demikian akan
menghambat translokasi peptidil tRNA yang diperlukan untuk sintesis protein.
Peristiwa ini bersifat bakteriostatis, namun dalam konsentrasi tinggi hal ini
dapat bersifat bakteriosidal. Macrolide biasanya menumpuk pada leukosit dan
akan dihantarkan ke tempat terjadinya infeksi. Macrolide biasanya digunakan
untuk Diphteria, Legionella mycoplasma, dan Haemophilus.
b. Aminoglycoside
meliputi Streptomycin, Neomycin, dan Gentamycin, merupakan antibiotik
bakterisidal yang berikatan dengan subunit 30S/50S sehingga menghambat sintesis
protein. Namun antibiotik jenis ini hanya berpengaruh terhadap bakteri gram
negatif.
c. Tetracycline
merupakan antibiotik bakteriostatis yang berikatan dengan subunit ribosomal
16S-30S dan mencegah pengikatan aminoasil-tRNA dari situs A pada ribosom,
sehingga dengan demikian akan menghambat translasi protein. Namun antibiotik
jenis ini memiliki efek samping yaitu menyebabkan gigi menjadi berwarna dan
dampaknya terhadap ginjal dan hati.
d. Chloramphenicol
merupakan antibiotik bakteriostatis yang menghambat sintesis protein dan
biasanya digunakan pada penyakit akibat kuman Salmonella.
4.
Antibiotik
yang menghambat fungsi membran sel. Dibawah dinding
sel bakteri adalah lapisan membran sel lipoprotein yang dapat disamakan dengan
membran sel pada manusia. Membran ini mempunyai sifat permeabilitas selejtif
dan berfungsi mengontrol keluar masuknya subtaansi dari dan kedalam sel, serta
memelihara tekanan osmotik internal dan ekskresi waste products. Selain itu membran sel juga berkaitan dengan
replikasi DNA dan sintesis dinding sel. Oleh karena itu substansi yang
mengganggu fungsinya akan sangat lethal terhadap sel. Contohnya antara lain
Ionimycin dan Valinomycin. Ionomycin bekerja dengan meningkatkan kadar kalsium
intrasel sehingga mengganggu kesetimbangan osmosis dan menyebabkan kebocoran
sel.
5.
Antibiotik
yang menghambat bersifat antimetabolit.
Yang termasuk ke dalam golongan ini adalah Sulfa atau Sulfonamide,
Trimetophrim, Azaserine.
a. Pada bakteri,
Sulfonamide bekerja dengan bertindak sebagai
inhibitor kompetitif terhadap enzim dihidropteroate sintetase (DHPS). Dengan
dihambatnya enzim DHPS ini menyebabkan tidak terbentuknya asam tetrahidrofolat
bagi bakteri. Tetrahidrofolat merupakan bentuk aktif asam folat[17], di mana
fungsinya adalah untuk berbagai peran biologis di antaranya dalam produksi dan
pemeliharaan sel serta sintesis DNA dan protein. Biasanya Sulfonamide digunakan
untuk penyakit Neiserria meningitis.
b. Trimetophrim
juga menghambat pembentukan DNA dan protein melalui penghambatan metabolisme,
hanya mekanismenya berbeda dari Sulfonamide. Trimetophrim akan menghambat enzim
dihidrofolate reduktase yang seyogyanya dibutuhkan untuk mengubah dihidrofolat
(DHF) menjadi tetrahidrofolat (THF).
c. Azaserine
(O-diazo-asetyl-I-serine) merupakan antibiotik
yang dikenal sebagai purin-antagonis dan analog-glutamin. Azaserin mengganggu
jalannya metabolisme bakteri dengan cara berikatan dengan situs yang
berhubungan sintesis glutamin, sehingga mengganggu pembentukan glutamin yang
merupakan salah satu asam amino dalam protein.
III.
KESIMPULAN
·
Antibiotik adalah
segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang mempunyai efek menekan
atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam organisme, khususnya dalam
proses infeksi oleh bakteri.Literatur lain mendefinisikan antibiotik sebagai
substansi yang bahkan di dalam konsentrasi rendah dapat menghambat pertumbuhan
dan reproduksi bakteri dan fungi.
·
Sifat antibiotik untuk
terapi harus memiliki toksisitas selektif
yaitu harus dapat menghambat mikroorganisme infektif dan bersifat toksik
hanya terhadap patogen infektif tidak terhadap inangnya.
·
Berdasarkan sifat nya
antibiotik dibagi menjadi 2 yaitu antibiotik yang bersifat bakterisidal dan
antibiotik yang bersifat bakteriostatik
·
Mekanisme kerja
antibiotik dalam menghambat proses biokimia di dalam organisme dapat dijadikan
dasar untuk mengklsifikasikan antibiotik.
·
Pemberian antibiotik
adalah dosis serta jenis antibiotik yang diberikan haruslah tepat. Jika
antibiotik diberikan dalam jenis yang kurang efektif atau dosis yang tanggung
maka yang terjadi adalah bakteri tidak akan mati melainkan mengalami mutasi
atau membentuk kekebalan terhadap antibiotik tersebut.
IV.
DAFTAR
PUSTAKA
Free Download Jurnal PDF