II.
TUJUAN
:
Mengetahui dan menguasai cara pembuatan sediaan semi padat
III.
DASAR
TEORI :
Sediaan semi padat sendiri
diantarany adalah : salep, linimentum, oculenta,dll.
Salep
adalah sediaan semi padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar.
Bahan obatnya harus larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok
( FI. Ed III ).
Linimentum : Sediaan cair atau Kental,
mengandung analgetikum dan zat yang mempunyai sifat melepaskan otot atau
menghangatkan, digunakan sebagai obat luar.
Oculenta : atau yang biasa disebut salep
mata, adalah sediaan setengah padat yang pada umunya Hanya digunakan sebagai
pelindung kulit.
Dan perlu diketahui sediaan setengah padat
juga dapat digunakan untuk sediaan kosmetika.
Adapun keuntungan sediaan setengah padat dibandingkan
dengan sediaan cair :
Ø Dapat diatur daya penetrasi dari zat berkhasiat dengan
memodifikasi basisnya.
Ø Kontak sediaan dengan kulit lebih lama.
Ø Lebih sedikit mengandung air sehingga lebih sulit
ditumbuhi bakteri.
Ø Lebih mudah digunakan tanpa memerlukan alat bantu.
Berikut adalah beberapa sediaan semi padat berdasarkan
konsistensi :
Unguenta
: Salep yang mempunyai konsistensi seperti mentega, tidak mencair pada suhu
biasa, tapi mudah dioleskan tanpa menggunakan tenaga.
Cream
: salep yang banyak mengadung air, mudah diserap kulit , dan dapat dicuci
dengan air.
Pasta :
Salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat ( serbuk ).
Cerata :
Salep berlemak yang banyak mengandung lilin, sehingga konsistensinya lebh
keras.
Gel : Salep yang lebih halus, umumnya mengandung
sedikit atau tanpa lilin, digunakan sebagai basis.
Basis salep yang biasa digunakan pada pembuatan salep
:
a. Basis Salep
Hidrokarbon :
Vaselin putih
& vaselin kuning
Paraffin cair
& padat
b. Basis Salep
Serap
Adeps lanae,
Lanolin
Unguentum
Simpllex
c. Basis Salep
Yang Dapat Dicuci Dengan Air :
Basis salep
emulsi tipe M/A
Hydrophilic
Ointment
d. Basis Salep
Yang Larut Dalam Air
PEG
Tragacanth
PGA
Basis merupakan komponen
terbesar dalam suatu sediaan semi padat. Salah satu faktor yang harus
diperhatikan dalam formulasi sediaan semi padat adalah pemilihan / seleksi
basis yang cocok / sesua. Basis merupakan faktor yang sangat menentukan
kecepatan pelepasan / aksi dari obat, yang nantinya akan mempengaruhi khasiat
atau keberhaslan terapi, sehingga sediaan semi padat harus diformulasikan
dengan basis yang baik. Keberadaan
basis dalam suatu sediaan sangat penting, manakala dalam sediaan tersebut tidak
ada zat aktif / obat yang terkandung seperti pada sediaan kosmetik. Sedangkan
pada kasus dimana sediaan tersebut mengandung zat aktif, maka sebelum obat
tersebut berefek, maka hal pertama yang harus terjadi adalah obat harus bias
terlepas dari sediaan. Obat terlarut, kemudian berdifusi dan terlepas dari
pembawa atau basisnya. Tidak peduli obatnya harus bekerja dimana ( dipermukaan
kulit, lapisan stratum korneum, lapisan dermis, unit pilosebasea dll. ), obat
harus terlepas dari pembawa.
Pemilihan basis salep juga tergantung pada
beberapa faktor :
ü Khasiat yang diinginkan
ü Sifat Bahan obat Yang dicampurkan
ü Ketersediaan hayati
ü Stabilitas dan ketahanan sediaaan hayati
Adapun
kualitas basis salep yang baik adalah :
ü Stabil ; Selama pemggunaan harus bebas dari
inkompatibilitas, tidak dipengaruhi oleh suhu dan kelembapan kamar.
ü Lunak ; Semua zat yang ada dalam salep harus dalam keadaan
halus, dan seluruh produk yang digunakan dalam pembuatan salep harus lunak dan
homogen.
ü Mudah
Dipakai ; sediian salep yang sudah
jadi nantinya bila digunakan haruslah mudah dipakai dan tidak mempersulit si
pemakainya.
ü Dasar Salep
Yang cocok ; Bahan dasar
salep yang digunakan harus lah sesuai dan cocok dengan komponen bahan baku yang
lainnya,,agar salep yag dihasilkan menghasilkan efek yang dikehendaki.
ü Dapat
terdistribusi merata ; ketika salep
nanti digunakan harus terdistribusi merata dan cepat menyerap kedalam lapisan
kulit,,yg kemudian akan didistribusikan ketempat-tempat yang yang ditujukan untuk
memperoleh efeknya, dan tidah boleh sampai menggumpal pada satu tempat saja,
apa lagi sampai menyebabkan iritasi.
Adapun
ketentuan umum Cara Pembuatan Salep, adalah sebagai berikut :
1. Peraturan
Salep Pertama
Zat-zat
yang dapat larut dalam campuran lemak dilarutkan kedalamnya, jika perlu dengan
pemanasan.
2. Peraturan
Salep Kedua
Bahan-bahan
yang dapat larut dalam air, jika tidak ada peraturan peraturan lain, dilarutkan
lebih dulu dalam air, asalkan air yang digunakan dapat diserap seluruhnya oleh
basis salep. Jumlah air yang dipakai dikurangi dari basis.
3. Peraturan
Salep Ketiga
Bahan-bahan
yang sukar atau hanya sebagian dapat larut dalam lemak dan air, harus diserbuk
terlebih dahulu kemudian diayak dengan pengayak B40.
4. Peraturan
Salep Keempat
Salep-salep
yang dibuat dengan jalan mencairkan, campurannya harus digerus sampai dingin
dan homogen.
Cara Mengenali Kerusakan Sediaan Semi Padat
Karena mengandung minyak
atau lemak sebagai basis, maka dalam penyimpanan dapat terjadi ketengikan, terutama untuk sediaan-sediaan dengan
basis lemak tak jenuh, ketengikan ini dapat diketahui pada perubahan bau dan
konsistensinya, dapat berbentuk Kristal atau keluarnya fase padat dari
basisnya, dan dapat juga terjadi perubahan warna.
Menurut
efek terapinya, salep sendiri terbagi atas :
v Salep
epidermic ( salep penutup )
Digunakan
pada permukaan kulit yang berfungsi hanya untuk melindungi kulit dan
menghasilkan efek local, karena bahan obat tidak diabsorsi. Kadang-kadang
ditambahkan antiseptik, adstringen untuk meredakan rangsangan. Dasar salep yang
terbaik adalah senyawa hidrokarbon (
vaselin ).
v Salep
Endodermic
Salep
dimana bahan obatnyamenembus kedalam, tetapi tidak melalui kulit dan terabsorsi
sebagian. Untuk melunakkan kulit atau selaput lender diberi local iritan. Dasar
salep yang baik adalah minyak lemak.
v Salep
diadermic
Salep
dimana bahan obatnya menembus kedalam melalui kulit dan mencapai efek yang
diinginkan karena diabsorsi selurunya, misalnya pada salep yang mengandung senyawa
Mercuri, Iodida, dan Belladonnae. Dasar salep yang baik adalah adeps lanae dan
oleum cacao.
Berikut
adalah beberapa contoh sediaan semi padat lainnya :
Pastae ( pasta )
Pasta
adalah sediaan semi padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat yang
ditujukan untuk pemakaian topikal ( FI.ed.IV ). Pasta biasanya digunakan untuk
lesi akut yang cenderung membentuk kerak, menggelembung atau mengeluarkan
cairan.
Cremores ( krim )
Krim adalah
bentuk sediaan setengah padat, mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut
atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai ( FI.ed.IV ).
Ada 2 tipe cream, yaitu cream tipe minyak air ( M/A )
dan cream tipe air minyak ( A/M ). Pemilihan zat pengemulsi harus disesuaikan
dengan jenis dan sifat cream yang dikehendaki. Untuk ceam tipe a/m digunakan
sabun polivalen, span, adeps lanae, dan cera. Sedangkan cream tipe m/a
digunakan sabun monovalen seperti trietanolamin, natrium stearat, kalium
stearat, dan ammonium stearat.
Kestabilan cream
akan terganggu / rusak jika system campurannya terganggu, terutama disebabkan
oleh perubahan suhu dan perubahan komposisi yang disebabkan perubahan salah
satu fase secara berlebihan atau zat pengemulsinya tidak tercampurkan satu sama
lain.
Gel ( jelly )
Gel merupakan
semi padat yang terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik kecil
atau molekul organic besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. Jika massa gel
terdiri dari jaringan partikel kecil yang terpisah, digolongkan sebagai system
dua fase ( gel alumunium hidroksida ). Dalam system 2 fase, jika ukuran
partikel dari fase terdispersi relative besar disebut Magma.
Linimenta ( obat gosok /olesan )
Linimenta adalah
sediaan cair atau kental, mengandung analgetika dan zat \yang mempunyai sifat rubifasien,
melemaskan otot atau menghangatkan dan digunakan sebagai obat luar. Pemakaian
liniment dengan cara dioleskan menggunakan kain flannel lalu diurut.
Penyimpanan
dalam botol berwarna, bermulut kecil, dan ditempuk sejuk. Pada etiket juga tertera
“ obat luar “. Linimenta tidak dapat
digunakan untuk kulit yang luka atau lecet.
Oculenta ( salep mata )
Salep mata
adalah salep steril yang digunakan pada mata. Pada pembuatannya bahan obat
ditambahkan sebagai larutan steril atau serbuk steril termikronisasi pada dasar
salep steril, hasil akhir dimasukkan secara aseptic kedalam tube steril. Bahan
obat dan dasar salep disterilkan dengan cara yang cocok. Tube disterilkan dalam
autoklaf pada suhu 115°-116° C, selama tidak kurang dari 30 menit
Sebagai dasar salep
sering digunakan dasar salep Oculentum simplex. Basis salep mata yang lain
adalah campuran Carbowax 400 dan carbowax 4000 sama banyak.
IV.
Alat dan bahan
Bahan
Bahan
o Asam Salisilat
o Asam benzoat
o Sulfur praecipitatum
o Champora
o Menthol
o Vaselin album
o Spiritus fortior
Alat :
o Mortir
o Stamfer
o Batang pengaduk
o Pot salep
o Timbangan
V.
Cara pembuatan
1. Menthol dan champora dicampur sampai melebur.
2. Asam salisilat dan asam benzoat ditetesi dengan
spiritus fortior secukupnya sampai larut, tambahkan sulfur praecipitatum untuk
mengeringkan.
3. Dalam mortir, campurkan campuran no.1 dan no.2, aduk
sampai homogen. Tambahkan basis vaselin sedikit demi sedikit, aduk sampai
homogeny
4. Masukkan dalam pot salep
VI.
Perhitungan bahan untuk formula
1. Asam salisilat = 60mg = 0,06 x 20 = 1,2g
2. Asam benzoate =
65mg = 0,065 x20 = 1,3g
3. Sulfur praecipitatum =
60mg = 0,06 x 20 = 1,2g
4. Champora =
30mg = 0,03 x 20 = 0,6g
5. Menthol =
25mg = 0,025 x20 = 0,5g
6. Vaselin album ad 1g =
20 – ( 1,2+1,3+1,2+0,6+0,5 )
= 20 – 4,8 = 15,2
VII.
Pembahasan
Pada praktikum pembuatan salep yang pertama ini kita
membuat salep 88 dengan menggunakan prinsip pembuatan salep peraturan pertama,
yaitu Zat-zat yang dapat larut dalam lemak dilarutkan kedalamnya, jika perlu
dengan pemanasan. Tetapi pada formula diatas yang menjadi basis hanya vaselin album
saja, jadi tidak perlu dilebur hanya semua bahan dicampur dlm mortir bersama
vaselin album karena semua bahan larut dalam lemak.Menthol dan champora dicampur kemudian digerus sampai
larut dan berair karena, pemerian dari keduanya tidak jauh berbeda, sama-sama
mempunyai rasa pedas dan berbau aromatik, hanya saja bentuk dari menthol
Kristal sedangkan bentuk dari champora serbuk hablur, tapi keduanya sama-sama
mencair ketika digerus jadi bisa dicmapur dan digerus bersamaan.Sedangkan asam benzoat dan asam salisilat dicampur dan
digerus bersamaan karena keduanya sama larut dalam etanol, jadi pada pengerjaan
keduanya, ditambahkan 2-3 tetes etanol 96% / alcohol 96 % / spiritus fortiori
agar mudah larut, dan tidak boleh terlalu banyak menambahkannya, karena bisa
menjadi terlalu cair atau menggumpal.Sedangkan sulfur ditambahkan setelah asam benzoate dan
asam salisilat tadi tercampur, itu
tujuannya untuk mengeringkan campuran dari asam benzoate dan asam salisilat
tadi, sehingga sulfur pun tercampur kedalam campuran asam benzoate dan asam
salisilat tadi, meskipun pada kenyataannya sulfur praktis tidak larut dalam
air.Sedangkan penambahan vaselin album ditambahkan
terakhir bertujuan karena, vaselin album sendiri menjadi basis dalam pembuatan
salep ini, dan juga berfungsi untuk melarutkan sulfur, karena sulfur praktis
tidak dapat larut dalam air tapi dapat larut dalam lemak, sehingga semua bahan
dapat tercampur. Dan penambahan vaselin pun harus sedikit – sedikit dan tidak
boleh sekaligus, karena bertujuan agar semua
bahan dapat tercampur dengan homogen.Salep ini berkhasiat untuk mengatasi penyakit kulit
seperti; Panu, kadas, kura, kudis, kutu
air, dll, karena khasiat dari masing-masing komponen formula salep 88. Seperti
; Sulfur ( Antiskabies ), asam bezoat ( antiseptikum extern ), Champora ( anti
iritan ), menthol ( korigen & anti iritan ).Dan sebaiknya
dioleskan 3x sehari secukupnya pada bagian yang luka atau gatal, dan
sebelum digunakan bagian yang ingin dioleskan harus dibersihkan terlebih
dahulu.
VIII.
Kesimpulan
1)
Pada
pembuatan salep 88, kita menggunakan peraturan salep pertama, yaitu zat-zat
yang dapat larut dalam lemak, dilarutkan kedalamnya, jika perlu dengan
pemanasan.
2)
Vaselin
menjadi satu-satunya basis dalam formula salep 88 ini, dan ditambahkan terakhir,
karena agar ssemua bahan dapat larut dan tercampur, terutama untuk sulfur yang
praktis tidak larut dalam air, tapi dapat larut dalam lemak.
3)
Obat salep
88 berkhasiat mengatasi penyakit kulit seperti ; panu, kadas, kurap,kudis, kutu
air, dll.
4)
Sebaiknya
obat digunakan sehabis mandi, dioleskan 3x sehari secukupnya pada bagian yang
luka atau gatal. Atau sebelum dioleskan, bagian yang hendak dioleskan dicuci
terlebih dahulu.
5)
Obat untuk
pemakaian luar, tidak boleh untuk mata. Hati-hati penggunaan jangka lama dapat
menyebabkan hipersensitif. Dan hentikan pemakaian bila terjadi iritasi.
IX.
Alat dan Bahan II
b. Formula
cream chloramfenicol 2%
R/ chloramphenicol 2%
Basis vanishing cream ad 20
gram
Formula Basis Vanishing Cream
Bahan :
·
Asam stearat
·
Cera alba
·
Vaselin putih
·
Propilenglikol
·
TEA
·
Aqua
·
Chloramphenicol
Alat :
·
Mortir
·
Stamfer
·
Batang pengaduk
·
Cawan porselin
·
Kaca arloji
·
Water bath
·
Timbangan
·
Sendok tanduk
·
Gelas ukur
·
Pot salep
X.
Cara kerja
a)
Pembuatan
Vanishing cream
1.
Panaskan
asam stearat, cera alba, vaselin putih, ( fase minyak ) diatas water bath pada
suhu 70°C.
2.
Panaskan
Propilenglikol, TEA, aqua diatas water bath pada suhu 70°C.
3.
Mortir dan
stamfer panaskan pada suhu 70°C
4.
Fase air
masukkan dalam mortir, tambahkan fase minyak aduk ad terbentuk massa cream.
b)
Pembuatan cream
chloramfenicol
1.
Dalam
mortir masukkan bahan aktif chloramphenicol, gerus sampai halus.
2.
Masukkan
basis vanishing cream dalam mortir tersebut ( setelah dingin ) sedikit demi
sedikitsambil diaduk sampai homogeny.
3.
Masukkan
dalam kemasan tube/pot salep.
XI.
Perhitungan
bahan untuk formula
1.
Chloramphenicol
2% = 2% x 20g = 0,4g
=
20 - 0,4 = 19,6
2.
Asam
stearat =
19,6/25 x 3 = 2,35
3.
Cera alba = 19,6/25 x
0,5= 0,4
4.
Vaselin
putih = 19,6/25
x 2,3= 1,8
5.
Propilenglikol = 19,6/25 x 1,8= 1,4
6.
TEA =
19,6/25 x 0,4= 0,3
7.
Aqua = 19,6 -
6, 272 = 13,238g = 13,2 ml
XII.Pembahasan
II ( cream chloramphenicol )
Pada formula yang kedua ini kita membuat sediaan cream, yaitu cream chloramfenicol 2% dengan basis vanishing cream ad 20 gram. Pada peracikan formula yang kedua ini kita membuat cream,dan menggunakan peraturan salep no.4, yaitu salep-salep yang dibuat dengan jalan mencairkan, campurannya harus digerus sampai dingin.Dan pada dasarnya tipe cream ada 2 type, yaitu cream type minyak air ( m/a ) dan cream type air minyak (a/m ). Dan pada praktikum pembuatan cream kali ini kita membuat cream type minyak air ( m/a ), atau fase minyak dalam fase air.Dalam formula cream chloramphenicol dengan menggunakan basis vanishing cream, juga terdapat 2 fase, yaitu fase air dan fase minyak. Fase minyak nya yaitu asam stearat, cera alba, dan vaselin putih.Dan fase air nya adalah propilenglikol, TEA, dan aqua. Pembuatan cream adalah dengan melebur bagian berlemak diatas tangas air. Kemudian tambahkan air dan zat pengemulsi dalam keadaan sama-sama panas, aduk sampai terjadi suatu campuran yang berbentuk cream. Pada dasarnya konsep pembuatan basis vanishing cream ini adalah menyatukan fase air dan fase minyak, dimana kita ketahui bahwa sampai kapanpun air tidak akan pernah menyatu dengan minyak, terkecuali bila ada emulgator yang menyatukannya. Maka dari itu kita menggunakan emulgator tersebut untuk menyatukan fase air dan fase minyak, yaitu kita gunakan TEA ( trietanolamin ).Semua bahan – bahan yang larut dalam minyak ( fase minyak ) dilebur bersama terlebih dahulu diatas penangas air pada suhu 70°C sampai semua bahan lebur, dan bahan – bahan yang dapat larut dalam air ( fase air ) dilarutkan terlebih dahulu dalam air panas juga pada suhu 70°C sampai semua bahan larut, tujuannya adalah agar semua bahan yang berdasarkan fase masing-masing ( fase air / fase minyak ) itu tercampur homogen pada masing-masing fase. Dan mengapa harus digunakan suhu 70°C, tidak boleh dibawah suhu tersebut, karena umumnya cream dengan tipe minyak dalam air , itu dibuat pada suhu tinggi, karena pada suhu tersebut sediaan akan berbentuk cair dan kemudian didinginkan pada suhu kamar, dan menjadi padat akibat terjadinya solidifikasi fase internal. Dan bila sediaan dilebur pada suhu kurang dari 70°C, bisa mengakibatkan kurang homogennya sediaan cream dan kelarutan bahan belum sempurna.Setelah kedua bahan dari masing-masing fase tadi lebur, kemudian dicampurkan kedalam mortir yang sebelumnya sudah dipanaskan ( mortir diisi dengan air panas, kemudian air panasnya dibuang, hanya memanaskan mortirnya dan stamfernya saja ) kemudian digerus kuat sampai membentuk massa cream dan dingin, tujuannya agar ketika nanti ditambahkan zat aktifnya yaitu chloramfenikol, cream tersebut dapat menyatu atau homogen dan tidak mengakibatkan granul-granul atau butir-butir halus pada cream, karena syarat vanishing cream yang baik adalah halus dan homogeny, jadi mudah diserap oleh kulit. Pada pengerjaan tahap ini harus cepat dan teliti, karena jika pada saat penggerusan itu tidak cepat dan mortir kurang panas maka massa cream tidak akan terbentuk, tetapi sediaan akan menggumpal, sehingga pembuatan cream pun gagal. Biasanya pembentukan emulsi, pemanasan bahan, dan penggerusan pada lumpang sering menjadi masalah dalam pembentukan cream ini, sehingga harus dilakukan dengan teliti dan hati-hati.Setelah basis vanishing cream tadi jadi, kemudian dimasukkan kedalam mortir yang berisi chloramphenicol yang sudah digerus halus, kemudian digerus ad homogen dan dimasukkan kedalam pot salep. Tujuan dari mengapa chlorampheicol dimasukkan terakhir yaitu setelah basis vanishing cream tadi jadi adalah agar zat aktif dari chloram phenicol tadi tidak hilang pada saat pembuatan basis, sehingga ditambahkan ketika basis sudah jadi agar chloramphenicol tadi lebih menyatu dan homogen dengan basis, dan diperoleh sediaan yang bagus.Cream yang nyaman digunakan ( tidak lengket dan mudah meresap dikulit ) adalah cream yang mengandung fase air besar daripada fase minyak ( M/A ) atau dikenal dengan basis vanishing cream.
Pada formula yang kedua ini kita membuat sediaan cream, yaitu cream chloramfenicol 2% dengan basis vanishing cream ad 20 gram. Pada peracikan formula yang kedua ini kita membuat cream,dan menggunakan peraturan salep no.4, yaitu salep-salep yang dibuat dengan jalan mencairkan, campurannya harus digerus sampai dingin.Dan pada dasarnya tipe cream ada 2 type, yaitu cream type minyak air ( m/a ) dan cream type air minyak (a/m ). Dan pada praktikum pembuatan cream kali ini kita membuat cream type minyak air ( m/a ), atau fase minyak dalam fase air.Dalam formula cream chloramphenicol dengan menggunakan basis vanishing cream, juga terdapat 2 fase, yaitu fase air dan fase minyak. Fase minyak nya yaitu asam stearat, cera alba, dan vaselin putih.Dan fase air nya adalah propilenglikol, TEA, dan aqua. Pembuatan cream adalah dengan melebur bagian berlemak diatas tangas air. Kemudian tambahkan air dan zat pengemulsi dalam keadaan sama-sama panas, aduk sampai terjadi suatu campuran yang berbentuk cream. Pada dasarnya konsep pembuatan basis vanishing cream ini adalah menyatukan fase air dan fase minyak, dimana kita ketahui bahwa sampai kapanpun air tidak akan pernah menyatu dengan minyak, terkecuali bila ada emulgator yang menyatukannya. Maka dari itu kita menggunakan emulgator tersebut untuk menyatukan fase air dan fase minyak, yaitu kita gunakan TEA ( trietanolamin ).Semua bahan – bahan yang larut dalam minyak ( fase minyak ) dilebur bersama terlebih dahulu diatas penangas air pada suhu 70°C sampai semua bahan lebur, dan bahan – bahan yang dapat larut dalam air ( fase air ) dilarutkan terlebih dahulu dalam air panas juga pada suhu 70°C sampai semua bahan larut, tujuannya adalah agar semua bahan yang berdasarkan fase masing-masing ( fase air / fase minyak ) itu tercampur homogen pada masing-masing fase. Dan mengapa harus digunakan suhu 70°C, tidak boleh dibawah suhu tersebut, karena umumnya cream dengan tipe minyak dalam air , itu dibuat pada suhu tinggi, karena pada suhu tersebut sediaan akan berbentuk cair dan kemudian didinginkan pada suhu kamar, dan menjadi padat akibat terjadinya solidifikasi fase internal. Dan bila sediaan dilebur pada suhu kurang dari 70°C, bisa mengakibatkan kurang homogennya sediaan cream dan kelarutan bahan belum sempurna.Setelah kedua bahan dari masing-masing fase tadi lebur, kemudian dicampurkan kedalam mortir yang sebelumnya sudah dipanaskan ( mortir diisi dengan air panas, kemudian air panasnya dibuang, hanya memanaskan mortirnya dan stamfernya saja ) kemudian digerus kuat sampai membentuk massa cream dan dingin, tujuannya agar ketika nanti ditambahkan zat aktifnya yaitu chloramfenikol, cream tersebut dapat menyatu atau homogen dan tidak mengakibatkan granul-granul atau butir-butir halus pada cream, karena syarat vanishing cream yang baik adalah halus dan homogeny, jadi mudah diserap oleh kulit. Pada pengerjaan tahap ini harus cepat dan teliti, karena jika pada saat penggerusan itu tidak cepat dan mortir kurang panas maka massa cream tidak akan terbentuk, tetapi sediaan akan menggumpal, sehingga pembuatan cream pun gagal. Biasanya pembentukan emulsi, pemanasan bahan, dan penggerusan pada lumpang sering menjadi masalah dalam pembentukan cream ini, sehingga harus dilakukan dengan teliti dan hati-hati.Setelah basis vanishing cream tadi jadi, kemudian dimasukkan kedalam mortir yang berisi chloramphenicol yang sudah digerus halus, kemudian digerus ad homogen dan dimasukkan kedalam pot salep. Tujuan dari mengapa chlorampheicol dimasukkan terakhir yaitu setelah basis vanishing cream tadi jadi adalah agar zat aktif dari chloram phenicol tadi tidak hilang pada saat pembuatan basis, sehingga ditambahkan ketika basis sudah jadi agar chloramphenicol tadi lebih menyatu dan homogen dengan basis, dan diperoleh sediaan yang bagus.Cream yang nyaman digunakan ( tidak lengket dan mudah meresap dikulit ) adalah cream yang mengandung fase air besar daripada fase minyak ( M/A ) atau dikenal dengan basis vanishing cream.
XIII.
Kesimpulan II (
cream chloramphenicol )
1. Pada praktikum formula yang kedua ini kita membuat
sediaan cream chloramphenicol dengan basis vanishing cream.
2. Dan pada basis vanishing cream sendiri merupakan cream
tipe minyak dalam air ( M/A ), dan dalam formula sediaan terdapat bahan-bahan
dari 2 fase, yaitu fase minyak dan fase air.
3. Fase minyak nya yaitu, Asam stearat, cera alba, dan
vaselin putih. Sedangkan fase airnya propilenglikol, TEA, dan aqua. Dan
menggunakan TEA sebagai emulgatornya untuk menyatukan 2 fase tadi. Dan pada
pembuatan basis vanishing cream ini, kita menggunakan peraturan salep no.4,
yaitu salep-salep yang dibuat dengan jalan mencairkan, campurannya harus
digerus sampai dingin.
4.
Biasanya
pembentukan emulsi, pemanasan bahan, dan penggerusan pada lumpang sering
menjadi masalah dalam pembentukan cream ini, sehingga harus dilakukan dengan
teliti dan hati-hati.
5.
Cream yang
nyaman digunakan ( tidak lengket dan mudah meresap dikulit ) adalah cream yang
mengandung fase air besar daripada fase minyak
( M/A ) atau dikenal dengan basis vanishing cream.
6. Penyimpanan cream dilakukan dalam wadah tertutup baik
atau tube ditempat sejuk. Penandaan pada etiket harus juga tertera “obat luar”.
XIV.
Daftar pustaka
1.
Kuncahyo,Ilham, 2011, Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Farmasi ,
Universitas Setia Budi, Surakarta, hal 4-13
2.
Anief, M.,1997, Ilmu Meracik Obat , Gadjah Mada University Press,
Jogjakarta , hal 210-216
3.
Dirjen POM Departemen Kesehatan Republik Indonesia , 1995, Farmakope
Indonesia , Edisi IV , Jakarta
4.
Ansel, H.C., Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi keempat,
Universitas Indonesia Press, Jakarta , Hal 399-405
5.
Depkes RI,1979, Farmakope Indonesia, Edisi III,Jakarta.